Cinta Kita, Manusia atau Binatang

cinta kita

Modernis.co, Banjarmasin – Dikehidupan dewasa ini siapa yang tidak mengenal akan namanya cinta? Mencintai ataupun dicintai rasanya seluruh insan sudah pernah merasakannya. Bagaimana tidak, sang Pencipta yang Maha Cinta-lah yang telah mengajarkan kita dalam mengasihi, menyayangi dan mencintai.

Cinta itu fitrah dan setiap insan memang telah Dia berikan naluri akan merasakan cinta atau kecintaan terhadap sesuatu.

Pertanyaannya, jika rasa itu telah datang dan jika cinta itu telah berlabuh dihati. Bagaimana kemudian kita mengarahkan, menyalurkan atau mengeksperikan perasaan atau cinta tersebut?

Apakah seperti layaknya manusia ataukah malah kemudian seperti hewan? Nah ngomong-ngomong manusia dan hewan, menarik untuk kita ketahui apa sih sebenarnya perbedaan antara kita (manusia) dengan hewan?

Tepat sekali, yaitu ‘akal’. Apa itu akal? dalam bahasa Arab akal berasal dari kata ‘aql yang berarti pengikatan atau pemahaman terhadap sesuatu.

Diberikannya Akal oleh Allah subhanahu wata’ala kepada manusia agar manusia ‘berfikir’ sehingga manusia dapat membedakan mana yang baik dan yang mana yg buruk. MasyaAllah sudah cukup jelas ya guys perbedaanya.

Sehingga ketika manusia jatuh cinta, manusia seyogianya berfikir bagaimana kemudian dia harus mengarahkan, menyalurkan atau mengekspresikan rasa tersebut. Yang jika diarahkan ke jalan yang benar maka akan menjadi baik dan begitupula sebaliknya.

Kita (manusia) hidup dengan segala peraturan dan pedoman yang sangat jelas, begitupula dalam mengarahkan cinta ini tentunya tidak sembarang apalagi dengan sesuka hati.

Kalau kita arahkan rasa cinta ini dengan sesuka hati tanpa berfikir baik ataupun buruknya, lalu kemudian apa bedanya kita dengan hewan yang tidak memiliki akal? Yang apabila mereka dilanda cinta dengan lawan jenis, auto dekatin auto pepet dan sosor terus si doi begitu saja.

Kalau kita hewan tentu tidak masalah lakukan atau salurkan cinta dengan sesuka hati. Entah mau bermesraan di tempat ramai maupun sepi, entah sudah kawin atau belum melakukan apa saja tidak masalah bagi mereka kalau sudah ada embel cinta, dan mencintai doi yang bahkan sudah punya pasangan pun, mereka tidak akan peduli.

Namanya juga HEWAN, mereka tidak memiliki akal untuk kemudian dapat  membedakan mana sesuatu yang buruk dan yang baik.

Tetapi kita ini manusia guys! telah diberikan sang Pencipta pedoman hidup sebaik dan selengkap-lengkapnya berupa Al-Qur’an yang didalamnya terdapat segala cara dan aturan yg sangat baik lagi mendetail.

Kekasih-Nya (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam) pun pernah bersabda ketika berkhutbah pada Haji Wada:

’”Wahai manusia, sungguh telah aku tinggalkan di tengah-tengah kalian suatu perkara yang jika kalian pegang teguh niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya” (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan Malik).

MasyaAllah begitu indahnya agama Islam dengan segala aturan didalamnya menjadikan hidup kita (manusia) berarah dan mempunyai tujuan yang jelas.

You know guys, Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam QS. Al-Isra : 32 :

“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”

Nah pada ayat tersebut Allah mention dengan kata taqrobu lho bukan ta’tuu yang mana larangan pada ayat ini lebih tegas yaitu bahwasanya kita dilarang bukannya “jangan lakukan” tapi “jangan dekati”.

Zina itu apa sih sebenarnya? Apakah hanya melakukan hubungan suami istri diluar nikah baru kemudian dikatakan zina? Memang benar sih dalam KBBI zina diartikan sebagai perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat dengan hubungan pernikahan (perkawinan).

tentunya zina adalah perbuatan yang terlarang dalam agama Islam. Namun tidak hanya sampai disitu karena masih banyak lagi klasifikasi zina dalam Islam itu sendiri.

Termasuk zina mata,tangan,kaki,mulut, dan hati. Yang mana fenomenya sekarang ini di masyarakat, dalam praktiknya diperhalus sebagian orang dengan istilah “pacaran”.

Lalu bagaimana kita seharusnya mengarahkan cinta dan apakah ada solusi untuk manusia yang sedang dimabuk cinta? (cinta kepada lawan jenis).

Pertama, jadikan cinta itu sebagai jalan beribadah kepada-Nya. Kedua, “Janganlah engkau iringkan satu pandangan kepada wanita yang bukan mahram dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu halal bagimu, tetapi tidak yang kedua!“. (HR Abu Daud).

Ketiga, memperjuangkan cinta sesuai syariat dan memohon petunjuk dari-Nya. Keempat, menjauhi factor-faktor yang mendekatkan pada zina itu sendiri. Dan kelima, sibukkan diri dengan hal yang bermanfaat sembari selalu memperbaiki/memantaskan diri.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Saya belum pernah melihat solusi untuk dua orang yang saling jatuh cinta, selain nikah.” (HR. Ibnu Majah 1847, Mushannaf Ibn Abi Syaibah 15915 dan dishahihkan Al-Albani).

Lalu kemudian bagaimana jika di antara mereka belum siap atau mampu untuk menikah?

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya” (HR.Bukhari no.5065 dan Muslim, no 1400).

Jadi, tidak salah bagi kita merasakan cinta ataupun saling mencintai karena cinta itu fitrah dan memang nalurinya manusia. Namun yang jadi masalah dalam perkara cinta ialah bagaimana kita mengarahkan cinta kepada manusia tersebut agar tidak dibenci sang Pencipta dan malah membuat-Nya cinta.

Maka ketika rasa cinta muncul, sepatutnya menjadikan kita lebih taat dan lebih dekat dengan sang Maha pemberi cinta itu sendiri. Ada salah satu quotes menarik yang saya dapat ketika membaca salah satu buku dan kemudian menarik untuk pengingat diri ketika jatuh cinta.

“Hakikat cinta itu ketika kita berani menghilangkan naluri kemanusiaan kita yang seperti hewan untuk kemudian merengkuh sebuah hakikat di luar diri pada batas keagungan-Nya”.

*Oleh: Nur Melinda (Ketua Bidang IMMawati PC IMM Kota Banjarmasin)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment